Selasa, 15 Maret 2011

2030 : Asia Tenggara Bakal Dilanda Penyakit Kronis Mahal


KILAS - Edisi Februari 2011 (Vol.10 No.7)

Tahun 2005, Asia tenggara mencatat 2,6 juta kematian akibat penyakit kronis seperti penyakit kanker, jantung dan stroke. Menurut laporan penelitian terbaru yang dimuat the Lancet edisi khusu asia tenggara, diperkirakan angkanya bakal menggelembung menjadi 4,2 juta pada 2030. Selain hal tersebut akan menguras pendapatan pribadi dan rumah tangga, pendapatan nasional juga akan dikuras dalam bentuk hilangnya lablaborour dan tabungan.

Menurut Dans Antonio, ketua tim, dari Fakultas Kedokteran Universitas Filipina, pendapatan nasioanal dari lima negara : Myanmar, Indonesia, Filipina, Thailand dan Vietnam, akan kehilagan sebesar US $ 7 miliar antara tahun 2006 dan 2015 karena penyakit kronis tidak menular tersebut. Tapi estimasi ini masih dianggap konservatif karena tidak memperhitungkan biaya kanker serta penyakit paru obstruktif kronik.

Lemahnya infrastruktur kesehatan di Asia dan banyaknya wilayah jauh dianggap sebagai penyebab kurang siapnya penanganan penyakit tersebut dan pada akhirnya menjadikan biaya pengobatan sangat mahal. Peneliti menyarankan perlunya surveilans yang tepat agar intervensi dapat dirancang untuk mengurangi epidemic.

Peneliti juga menyorot kemajuan tidak merata dalam mengurangi kematian ibu dan anak di wilayah tersebut. Meskipun kurang dari 10 anak di bawah 5 tahun meninggal untuk setiap 1.000 kelahiran hidup di Brunei, Singapura dan Malaysia, tingkat di Kamboja, Laos dan Myanmar adalah antara 50-70 dan merupakan yang tertinggi di Asia.

Peneliti memperingatkan wilayah-wilayah ini dapat menjadi hot spot munculnya penyakit menular seperti SARS dan virus flu burung H5N1, karena pertumbuhan dan perubahan juga adanya urbanisasi, serta dalam produksi makanan dan faktor lainnya.

Lima negara seperti Kamboja, Indonesia, Laos, Myanmar dan Vietnam menurut mereka juga kurang memiliki petugas layanan kesehatan yang memadai. Jumlahnya masih di bawah persyaratan minimum yang ditetapkan oleh World Health Organization yakni 2,28 dokter, perawat dan bidan per 1.000 orang.

Tidak ada komentar: